Cerita Traveler yang 'Melarikan Diri' dari Stres dengan Traveling
- Novia Fadina
- Apr 3, 2018
- 3 min read
Apa hal pertama yang tersirat dipikiran kalian saat mendengar kata 'Traveling'. Umumnya, orang-orang akan membayangkan tentang pantai, tertawa lepas bersama teman-teman sambil bermain air. Sebahagia itukah saat melakukan traveling? Simak cerita menarik dari Daisy Oakes dalam Gap Year berikut ini.
Banyak pelancong (sebutan untuk traveler) yang semula mengalami depresi dan berharap menghilang sejenak dari 'dunia'nya untuk menjelajahi dunia. Mereka yang merasa tertekan dengan kehidupan sehari-hari sehingga melarikan diri menjadi obat terbaiknya. Dengan melakukan perjalanan, mereka akan mulai menciptakan kegiatan semaunya, menikmati pemandangan indah dan cuaca sempurna. Sayangnya, baru-baru ini saya merasa bahwa traveling tidak semudah dan seindah itu.
Beberapa bulan lalu, saya berencana untuk melakukan perjalanan keliling Asia. Ini saya lakukan ketika saya mengalami depresi selama bertahun-tahun dan telah mencoba segala cara mulai dari konseling hingga pengobatan lainnya. Seperti kebanyakan orang, saya merasa bahwa penyakit 'mental' ini hanya bisa diatasi dengan melakukan traveling.
Saya ingat ketika duduk di balkon bungalow pribadi di pulau Gili, Indonesia. Saat itu matahari terbenam dan suasana terasa seperti surga abadi. Namun, saat menyaksikan langit indah yang berubah menjadi menjadi gelap, tubuh saya terasa gemetar dan nafas saya sesak. Seketika yang pertama saya pikirkan adalah, "Jika saya tidak merasa bahagia disini, lalu dimana lagi?"

Sumber: Gapyear.com
Meskipun perjalanan itu dipenuhi dengan kegembiraan dan kebahagiaan yang belum pernah saya rasakan sebelumnya, saya masih merasa tertekan. Hingga beberapa saat saya sadar bahwa saya harus bersyukur karena kebahagiaan yang saya miliki dan rasakan saat ini. Pelajaran yang saya dapatkan untuk menghadapi depresi yang berkelanjutan adalah dengan berusaha semaksimal mungkin untuk mengatasinya. Yang terpenting adalah saya harus bisa menjaga diri sendiri, dimanapun saya berada. Hingga akhirnya saya memutuskan bahwa ada beberapa cara yang bisa saya lakukan untuk memastikan bahwa saya baik-baik saja setelah melewati hari terburuk.
1. Istirahat sejenak
Terkadang hal yang paling kita butuhkan adalah santai saat traveling dan istirahat sejenak. Entah dengan berjemur di pantai dan membaca buku, menghabiskan waktu dengan menelepon orang tua, meringkuk di tempat tidur asrama dan menonton acara TV favorit. Apapun itu, yang pasti luangkan waktu untuk diri sendiri. Apakah ini hal yang egois? Tidak. Kita selalu memiliki waktu untuk diri sendiri dan jangan pernah merasa bersalah untuk itu.
2. Buat jurnal harian
Membuat jurnal harian bisa menjadi cara terbaik untuk memahami perasaan. Kita bisa tahu apa saja yang membuat atau menghambat kebahagiaan kita hari ini. Mulailah dengan pertanyaan seperti: "Apa yang saya syukuri hari ini?" "Apa yang membuat saya bahagia kemarin?" "Apa yang saya nantikan hari ini?" Jurnal akan menjadi bahan renungan terbaik untuk memulai pikiran positif.
3. Ciptakan rencana masa depan
Buat rencana semenarik mungkin tentang aktivitas yang kita lakukan saat kembali kerumah. Rencanakan tentang makanan pertama yang akan kita makan saat dirumah, apa yang kita lakukan saat bertemu teman lama kembali, dan lainnya.
4. Jagalah diri sendiri
Tetap jaga diri kita sendiri. Meskipun banyak aktivitas sehari-hari, kita harus tetap mempertahankan kesehatan fisik dan mental. Ambil kelas yoga atau olahraga ringan lainnya. Olahraga akan melepaskan endorfin dan meningkatkan suasana hati kita.
5. Sadari bahwa kita tidak sendiri
Sadarilah bahwa kita bukan satu-satunya yang merasa diposisi ini. Meskipun terlihat baik-baik saja, tetapi setiap orang pasti memiliki saat-saat terburuk yang dialaminya.

Sumber: Gapyear.com
Setelah kembali dari traveling, saya sadar bahwa saya harus membuka diri. Setelah melakukan cara ini, saya hampir tidak pernah mengingat masa-masa sulit yang membuat saya depresi. Saya justru menyadari bahwa betapa bodohnya saya untuk khawatir dengan semua yang saya lalui. Kadang, depresi akan tiba-tiba datang, tetap sekarang saya tahu saya mampu untuk bangkit kembali.

Sumber: Gapyear.com






Comments