A Day To Remember at Kelor Island
- Novia Fadina
- May 13, 2018
- 4 min read
Mengisi weekend dengan menginap di hotel mungkin sudah biasa. Namun bagaimana jika memilih untuk camping di alam terbuka?
Ya, bagi Trip Buddies yang berjiwa traveler mungkin tak ada salahnya untuk mencobanya. Camping menjadi satu cara unik ketika kalian ingin lebih dekat dengan alam. Selain itu, kalian juga akan menemukan pengalaman-pengalaman seru yang tidak mungkin terlupakan. Nah, kali ini, Open Trip akan sedikit memberikan kilas cerita dari perjalanan tim kami yang melakukan ekspedisi ke Pulau Kelor yang terletak di Kepulauan Seribu. Simak selengkapnya, ya!
Perjalanan dimulai ketika tim kami berada di Dermaga Muara Kamal pukul 10.00. Tempat ini menjadi meeting point sehingga disinilah kami bertemu dengan para traveler lain. Setelah semua peserta berkumpul, trip leader yaitu Novan (aka Dilan) mulai memandu acara dengan doa bersama dan perjalanan ke pulau pertama dimulai. Untuk sampai ke pulau pertama, kami menempuh waktu kurang dari setengah jam. Seluruh peserta menikmati perjalanan dengan berbicang bersama teman-temannya atau mendokumentasikan momen. Tak sedikit yang memilih untuk menikmati pemandangan dengan memandangi sekeliling laut.

Sumber: Expedition Nusantara
Beberapa saat kemudian kami sampai di Pulau Cipir. Berdasarkan sejarahnya, tahun 1991-1933 pulau ini adalah rumah sakit untuk perawatan dan karantina penyakit menular bagi para jemaah haji. Sehingga para jemaah haji seluruh Indonesia yang ingin naik haji dipusatkan disini. Selama perjalanan menelusuri Pulau Cipir, kami menemukan beberapa bangunan-bangunan rumah sakit yang sudahh tidak utuh lagi.

Sumber: Expedition Nusantara
Kembali, kami menempuh ombak laut untuk sampai ke pulau kedua, yakni Pulau Onrust. Tahun 1619, pulau ini menjadi tempat untuk mengepung Batavia (sekarang dinamakan Jakarta). Sebelum masuk ke Batavia, kapal-kapal milik VOC (Belanda) dibangun dan diperbaiki disana. Dan hampir sama dengan Pulau Cipir, Pulau Onrust menjadi tempat karantina bagi jemaah haji sebelum kembali ke rumah. Saat masa penjajahan Jepang, Onrust kemudian dialihfungsikan sebagai penjara tahanan kelas berat dan juga menjadi tempat penampungan para gelandangan dan pengemis. Pulau kedua ini menjadi tempat kami untuk menghabiskan siang itu. Sambil menyantap makanan yang sudah disediakan, kami menikmati angin pantai dan suara anak-anak kecil yang asyik bermain air di tepi pantai.
Setelah selesai, kami melanjutkan ke tujuan akhir sekaligus tujuan utama kami yaitu Pulau Kelor. Sesampainya disana, tim dari trip leader mulai meletakkan seluruh tenda di beberapa spot. Kemudian mereka menyuruh seluruh peserta untuk menggelar tenda masing-masing, sekaligus untuk belajar bagaimana cara memasang tenda yang baik. Tak sedikit dari peserta yang kesulitan karena belum pernah membuat tenda langsung. Dan sesi ini menjadi bagian utama pendekatan antar peserta, dimana peserta dari tenda-tenda yang berdekatan saling berkenalan dan membantu untuk membangun tenda bersama. Setelah tenda berhasil didirikan, peserta berkumpul di tengah-tengah barisan.
"Games akan segera dimulai!"
seru Novan sambil menyiapkan beberapa perlengkapan yang digunakan untuk games.

Sumber: Expedition Nusantara

Sumber: Expedition Nusantara

Sumber: Expedition Nusantara
Seluruh peserta bersemangat untuk mengikuti games itu. Karena disetiap permainan, untuk peserta yang kalah akan mendapatkan hukuman berupa 'siraman' bedak dari peserta lain. Dan satu persatu peserta mulai berguguran dan mau tak mau mereka harus rela mukanya 'cemong'. Trip leader is always right. Begitu peribahasa yang bisa diterapkan disana. Trip Leader berhasil mencari kesalahan dari masing-masing peserta sehingga baik peserta yang kalah maupun menang dalam permainan harus secara adil mendapatkan hukuman. Games berakhir tepat saat matahari terbenam. Seluruh peserta mengalihkan pandangan pada matahari yang mulai bergerak turun dan mendokumentasikan momen indah tersebut. Setelah selesai, semuanya kembali ke camp masing-masing untuk membersihkan diri sekaligus persiapan untuk acara malam.

Sumber: Expedition Nusantara Acara malam dimulai dengan nyanyian syahdu dari para peserta yang bernyanyi. Mulai dari don't look back in anger dari Oasis hingga Jaran Goyang dari Nella Kharisma menjadi penarik yang mampu membuat seluruh peserta berdendang. Malam itu, kami semua larut dalam setiap bait yang dinyanyikan, dan sesekali flash dari hp menjadi pengiring romantis dari lagu yang dimainkan. Sebagai pelengkap, trip leader telah menyediakan lampion yang diterbangkan oleh masing-masing camp. Tiap camp wajib menerbangkan minimal satu lampion. Riuh tepuk tangan terdengar tiap kali satu lampion berhasil diterbangkan dengan sempurna.

Sumber: Expedition Nusantara
Acara ditutup tepat pukul 11 malam. Meskipun begitu, masih ada beberapa peserta yang bersemangat untuk bernyanyi dan memilih untuk menghabiskan malam dengan bernyanyi ditemani bintang-bintang malam. Sebelumnya Trip Leader sudah mengumumkan bahwa pukul 12 malam seluruh listrik di pulau Kelor akan mati. Namun hal ini tidak menghilangkan niat beberapa orang tersebut untuk tetap menyenandungkan lagu untuk menemani mimpi peserta lain.
Keesokan harinya, tepat pukul 8 malam seluruh peserta kembali berkumpul. Pagi itu adalah agenda tukar kado. Sesuai dengan brief sebelumnya, peserta harus membawa kado dengan harga max 40 ribu yang akan ditukarkan dengan peserta lainnya. Sambil berdiri berhadapan, kami semua mulai memberikan hadiah kepada orang yang ada di hadapan dan menyalami tangan sambil berkenalan. Setelah selesai, seluruh peserta memiliki beberapa jam untuk berfoto dan menghabiskan waktu di pantai sebelum kembali ke meeting point.

Sumber: Expedition Nusantara
Itulah cuplikan keseruan camping di Pulau Kelor. Kalian tertarik untuk bergabung? Yuk, booking trip ini atau trip favorit kalian lainnya di aplikasi Open Trip! Yang pasti Liburan kalian akan nyaman hanya dengan modal jempol!. Dan nantikan perjalanan seru kita lainnya ya!
- Tim Open Trip -







Comments